Tags

Tulisan Titipan seorang kawan ….. copyright for him :-)

______________________________________________________

 

TANGGAPAN DARI KAMI……….. 

Kepada mbak atau mas atau siapa saja yang mengakui bahwa diri anda adalah seorang nasionalis tulen, kami sungguh senang karena ada teman dari Indonesia yang menanggapi tulisan kami yang sangat singkat, kami tidak anti kritik karena dengan kritik itu akan dapat membangun tapi tentunya dengan kritik yang berbobot dan berkualitas tidak karena emosi atau subjektivisme semata-mata serta kami sangat menghargai apabila kritik itu dapat memajukan gerakan rakyat revolusioner di Indonesia. 

Bicara soal nasionalisme (cinta kepada tanah air), dimasa lalu banyak kita saksikan sekelompok atau segolongan orang orang atas nama nasionalisme (Jendral Tanaka pemimpin Bala Tentara Dai Nippon karena cintanya kepada Tenno Hekka titisan dewa matahari…J mengangkangi habis seluruh Asia Pasific dan merampok seluruh rakyatnya dan dijadikan Romusha diperas tenaganya habis-habisan sampai mati sambil menggembar-gemborkan Nippon Pemimpin Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Mussolinni di Italia yang menggembar-gemborkan (“to believe, to obey, to combat”)akan mengembalikan kejayaan kekaisaran Roma sewaktu dia dan para 40.000 pengikutnya melakukan parade rally kemenangan menuju Roma yang di sepanjang jalan sambil mengintimidasi semua lawan politiknya terutama kaum Komunis dan dengan angkuhnya mengirimkan ratusan ribu pasukannya untuk melalap Afrika dengan sasaran pertama Abesinia (sekarang Etophia) yang kaya akan tambang batu baran dan emasnya, dan Hitler seorang anak keturunan yahudi yang merasa dirinya ras bangsa arya tulen dengan slogan (“Ein Reich, Ein Volk, Ein Fuhrer- Satu Negara, Satu Bangsa, Satu Pemimpin) membantai jutaan orang di seluruh dataran Eropa dan lagi-lagi kaum komunis yang menjadi sasaran utamanya tapi lihat apa yang terjadi sejak tahun 1943 setelah kemenangan pertempuran di Stalinggrad yang berjarak 80 mil dari Moscow yang memakan korban jiwa sampai 20 juta rakyat soviet, pasukan nazi jerman yang berjumlah 330.000 luluh-lantak dihajar habis-habisan oleh Tentara Merah dan para anggota Partisan Rusia yang dipimpin oleh Towarich Stalin, pasukan sekutu tidak bisa mendarat di Normandia (selatan Perancis) pada tahun 1944 yang terkenal dengan pertempuran D-Day nya yang memakan korban jiwa di pihak sekutu sampai 100.000 orang, jika Sovyet Rusia pimpinan Towarich Stalin tidak dapat meluluh lantakan pasukan Nazi dan mengusir mereka keluar dari tanah air Sosialis sambil terus mengejar sisa-sia pasukan nazi jerman kearah barat eropa (contoh pertama nasionalisme kaum komunis),  

Tiongkok 

Tiongkok tanggal 7 juli 1937 imperialis jepang menimbulkan peristiwa Lukuotjhiao dalam usahanya mencaplok seluruh tiongkok dengan kekuatan bersenjata. Rakyat di seluruh negeri dengan bulat menuntut supaya dilancarkan perang melawan jepang, Chiang Kai Shek baru mengeluarkan pernyataan di Lushan untuk menyatakan perang perlawanan terhadap jepang 10 hari sesudah peristiwa itu. Pada tanggal 8 Juli 1937 Comite Central Partai Komunis Tiongkok mengumumkan pada seluruh negeri sebuah manifest yang menyerukan perang perlawanan yang berbunyi:  

“Saudara-saudara setanah air! Peiping dan Thientjin dalam bahaya! Bangsa Tionghoa dalam bahaya! Jalan keluar bagi kita hanyalah perang perlawanan yang dilakukan oleh seluruh bangsa. Kami menuntut supaya segera memberikan perlawanan yang tegas terhadap tentara jepang yang sedang menyerang dan segera mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa besar yang baru. Rakyat seluruh negeri, dari atas sampai kebawah harus segera melepaskan setiap maksud berdamai dengan aggressor jepang untuk keselamatan sementara. Saudara-saudara setanah air! Kita harus memuji dan menyokong perang perlawanan yang gagah berani……………….Kami minta kepada seluruh rakyat tiongkok dengan sekuta tenaga membantu perang suci anti jepang dan bela diri. Semboyan kita ialah: Belalah Peiphing, Thientjien dan tiongkok utara dengan bersenjata! Belalah tanah air kita sampai titik darah yang penghabisan! Bersatulah rakyat seluruh tiongkok, pemerintah dan seluruh angkatan bersenjata untuk membangun Tembok Besar front persatuan nasional yang kokoh guna melawan agresi jepang! Bekerja-samalah Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok dengan erat untuk melawan serangan baru dari aggressor jepang! Usirlah aggressor jepang dari Tiongkok! (contoh kedua nasionalisme kaum Komunis). 

Program Sepuluh Pasal Untuk Menyelamatkan Tanah Air: (Berjuang Untuk Memobilisasi Semua Kekuatan Demi Perang Perlawanan, Kumpulan Tulisan Mao Tse Tung Jilid II) 

  1. Menghancurkan Imperialisme Jepang.
  2. Mobilisasi umum atas kekuatan militer seluruh negeri.
  3. Mobilisasi umum atas rakyat seluruh negeri.
  4. Merombak aparat-aparat pemerintahan.
  5. Politik luar negeri Anti Jepang.
  6. Politik keuangan dan ekonomi masa perang.
  7. Memperbaiki penghidupan rakyat.
  8. Politik pendidikan Anti Jepang.
  9. Menyapu bersih penghianat bangsa, penjual Negara dan kaum Pro Jepang serta mengkonsolidasi daerah belakang.
  10. Persatuan Nasional Anti Jepang.

 

Kami kutipkan sedikit pendapat kawan Mao TseTung dalam hal dalam hal Patriotisme dan Internasionalisme, adalah sbb: 

“Dapatkah seorang anggota Partai Komunis, sebagai seorang Internasionalis, sekaligus juga seorang Patriot? Kita berpendapat bahwa bukan saja dapat tetapi juga harus. Isi kongkrit Patriotisme ditentukan oleh syarat-syarat sejarah. Ada patriotisme aggressor Jepang dan patriotisme Hitler dan ada pula patriotisme kita. Anggota Partai Komunis harus dengan tegas menentang apa yang dinamakan patriotisme Jepang dan patriotisme Hitler. Orang komunis Jepang dan orang komunis Jerman adalah kaum defaitis terhadap perang yang dilakukan oleh negeri-negeri mereka. Berusaha dengan segala cara supaya perang yang dilancarkan kaum aggressor Jepang dan Hitler itu kalah adalah untuk kepentingan rakyat Jepang dan rakyat Jerman dan semakin total kekalahan itu semakin baik…………………karena perang yang dilancarkan oleh kaum aggressor jepang dan Hitler merugikan rakyat sedunia tetapi juga merugikan rakyatnya sendiri…………………Kita adalah kaum Internasionalis dan juga kaum Patriot dan semboyan kita ialah berperang membela tanah air melawan kaum aggressor. Bagi kita Defaitisme adalah suatu dosa, sedangkan berjuang untuk kemenangan Perang Anti Jepang adalah kewajiban yang tidak dapat dielakkkan. Karena hanya dengan perang membela tanah air barulah kita dapat mengalahkan kaum aggressor dan mencapai pembebasan nasional. Dan hanya dengan tercapainya pembebasan nasional barulah mungkin tercapai pembebasan proletariat dan rakyat pekerja lainnya…………………………..Dengan demikian Patriotisme adalah pentrapan Internasionalisme dalam perang Pembebasan Nasional.(Kedudukan Partai Komunis Tiongkok dalam Perang Nasional) 

Vietnam, awal 1930an  

setelah kegagalan pemberontakan Partai Nasionalis Vietnam di Vietnam partai hanya berjumlah satu buah yaitu Partai Pemuda Revolusioner (PPR), akibat tindakan yang kejam dari pemerintah Perancis terhadap rakyat Vietnam maka menyebabkan mempercepat hidup-suburnya Partai Pemuda Revolusioner (PPR) ini karena seluruh rakyat ingin melawan dan menghancurkan kekuasaan penjajah tetapi dibelakang hari PPR itu pecah menjadi tiga golongan, masing2 memperbaharui susunannya dan menambahkan corak komunis, jadinya di Vietnam terdapat 3 partai komunis yang demikian itu sangat membingungkan para pecinta kemerdekaan, mereka insyaf perpecahan pasti akan membawa kelemahan perjuangan. 

Setelah NguYen Ay Quo (The Old Man who has an alias name Ho Chi Minh) tiba dari Tiongkok, wakil2 tiga partai komunis itu dipanggilnya datang ketempat kediamannya, mereka diajak berunding bersama-sama, Nguyen memberikan keterangan dan menganjurkan demikian: 

“Di negeri2 merdeka seperti Inggris, Perancis, Amerika dan Tiongkok dan lain-lainnya ada berdiri Partai Komunis. Di negeri2 jajahan seperti Indonesia, India dan lai-lain partai komunis itu juga ada. Jadi di Vietnam pun boleh didirikan Partai Komunis tapi di tiap-tiap negeri itu hanya ada satu Partai Komunis, tidak dua tidak tiga. Jadi kalau akan menghidupkan Partai Komunis di Vietnam juga harus satu Partai Komunis saja, tidak tiga! 

Kekayaan negeri kita, kebahagiaan rakyat kita bahkan anak cucu dan wanita-wanita kita – semuanya telah di rampas oleh penjajah perancis. Tidak seorangpun dari bangsa kita yang mempunyai industri, yang mempunyai Bank dan lain-lainnya lagi. Yang kita miliki hanya kemiskinan. Miskin besar dan Miskin kecil, tepat seperti kata dokter Sun Yat Sen. Kita semua bangsa yang telah dirampas segala-galanya. Tidak ada lagi hak-hak pada kita. Kita menjadi budak belian dari penjajah Perancis. 

Oleh sebab itu, kewajiban kita mutlak adalah: 

  •  
    1. Mempersatukan seluruh tenaga bangsa Vietnam untuk memperjuangkan kemerdekaan.
    2. Mempersatukan lagi seluruh tenaga bangsa Vietnam untuk membangun kembali Negara kita.

 

Untuk melaksanakan itu semua kita harus bergabung di dalam satu organisasi. Partai yang kita dirikan boleh diberi nama apa saja. Boleh tetap di beri nama “Partai Pemuda Revolusioner “ dan juga boleh di beri nama “Partai Komunis” seperti sekarang ini. Tetapi yang penting dan yang pokok, harus mempunyai program politik nasional, yang garis besarnya akan memperjuangkan dan melaksanakan: 

Kemerdekaan Bangsa

Kebebasan Demokrasi, dan

Kesejahteraan Sosial….”

Akibat penyembelihan besar2an dari pemerintah terror penjajah perancis terhadap pemogokan2  dan demonstrasi2 di tahun 1930 dan penangkapan2 terhadap seluruh kaum revolusioner maka hubungan paman Ho dengan pergerakan masa dari tahun 1931-1933 terputus perjuangan revolusioner di Vietnam mengalami masa surut tapi sejak tahun 1934 nyala api perjuangan kemerdekaan itu sudah mulai hidup kembali. 

1940 dunia mulai di hantui oleh bayangan akan pecahnya perang dunia II akibatnya pemerintahan penjajah perancis semakin reaksioner dalam meghadapi setiap gerakan rakyat dalam keadaan demikian muncullah suara baru. Suara baru yang menggelora mendengung-dengung meliputi seluruh negeri, seluruh Vietnam! Suara-suara baru yang menggelorakan semboyan-semboyan demikian: 

  • Kita berdiri di pihak sekutu!
  • Kita bertempur menentang Fasisme Internasional!
  • Kita akan mengusir kaum Fasis Perancis!
  • Kita berperang untuk kemerdekaan Negara leluhur kita!
  • Rakyat Vietnam Bersatulah!

 

Semboyan-semboyan ini diserukan oleh “Persatuan Pergerakan Kemerdekaan Vietnam” nama persatuan ini di singkat menjadi “VietMinh”. VietMinh merupakan organisasi Front Persatuan Nasional. Pemimpin VietMinh atau Front Persatuan Nasional itu tidak lain adalah Nguyen Ay Quo (Ho Chi Minh) yang kini telah berada di tengah-tengah rakyat Vietnam di negerinya sendiri. 

Pada waktu itu VietMinh pimpinan Paman Ho mengadakan pengumuman kepada seluruh rakyat Vietnam, demikian: 

“Mulai hari ini, musuh pertama dari Negara leluhur kita adalah kaum Fasis Jepang !”  

Himbauan ini disambut gegap-gempita oleh seluruh rakyat dan seluruh kekuatan yang ada mulai dipersiapkan termasuk pembentukan sayap bersenjata (pasukan gerilya). 

1944  

Empat tahun lampau senjata kaum gerilya itu sangat primitive. Pedang, tombak dan senjata-senjata primitive lainnya, disamping itu ada dua pucuk pistol, tiga pucuk senapan dan sebuah pucuk senapan kuno, anggotanya juga Cuma sedikit hanya 35 orang saja. Pemimpinnya seorang pemuda, guru sekolah menengah. Namanya Bu Nguyen Chea (Dia yang nantinya akan menjadi seorang jendral besar yang terkenal dengan nama Jendral Vo Nguyen Giap yang meluluh-lantakan benteng pertahanan Perancis yang terbesar dan terakhir Dien Bhien Phu pada tahun 1954 yang menyebabkan Perancis lari lintang pukang dari Vietnam). 

Sekarang pasukan itu telah menjadi besar. Prajuritnya ada seratus ribu orang, ini belum terhitung dengan satuan-satuan gerilya yang kecil-kecil yang masih bersembunyi di berbagai tempat. Pertempuran-pertempuran terus terjadi besar atau kecil tentara boneka dan tentara jepang mulai kewalahan. Pasukan gerilya Vietminh tidak dapat dibersihkan. Bahkan sebaliknya bala tentara Dai Nippon sendiri yang banyak menderita kekalahan dimana-mana. Pemerintahan boneka Jepang tidak berdaya lagi sampai2 menarik pajak saja tidak mampu karena waktu itu kaum VietMinh telah mengeluarkan seruan sebagai berikut: 

  •  
    1. Berperang melawan Penjahat Jepang! Berperang melawan Pemerintah Boneka!
    2. Jangan diberikan sebutir beras! Jangan diberikan uang sepeserpun!
    3. Kita berjuang untuk kemerdekaan 100%

 

Agustus 1945 VietMinh tengah mengadakan konggres seluruh negeri tetapi konggres baru berjalan satu hari semua peserta dikejutkan oleh berita yang menggemparkan, Jepang telah menyerah dan takluk tiada bersyarat! Maka konggres segera memutuskan untuk mempersiapkan keputusan untuk mengadakan pemberontakan bersenjata di seluruh negeri dan perebutan kekuasaan di seluruh Vietnam. Setelah perlawanan di seluruh negeri dilakukan maka pada tanggal 16 Agustus Vietnam dibawah kepemimpinan Ho Chi Minh mendeklarasikan kemerdekaan (Contoh ketiga nasionalisme kaum Komunis). 

Indonesia  

Pertengahan tahun 1942 Ir Sukarno berangkat dari Palembang kembali dari pembuangan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dulu ketika masih berkuasa di Indonesia  karena semenjak awal 1942 Hindia Belanda telah diduduki oleh pemerintah Dai Nippon dengan dikawal oleh sekelompok Kampetai perajurit Jepang dengan menaiki perahu motor itu dilakukan oleh pemerintah Jepang karena Sukarno Berhasil di bujuk agar mau bekerja-sama dengan pemerintah Dai Nippon dalam mendukung Perang Asia Timur Raya. 

Diwaktu yang sama disebuah pelabuhan kecil di daerah Lampung Sumatra bergerak sebuah kapal kecil yang sudah reot “Sri Renjet” nama kapal itu, dalam keadaan yang sudah sangat payah berlayarnya dan dijejali oleh penumpang yang padat yang terdiri dari kaum gembel dan pedagang kecil, diantara para penumpang itu terlihat seorang yang sudah kelihatan tua berumur kurang lebih 45 tahun yang terlihat dari raut wajahnya lebih tua dari umur yang sebenarnya. Orang tua itu terus mengamati sekelilingnya melihat orang-orang di sekitarnya tidak terasa mengalir air mata dari matanya melihat saudara sebangsa setanah airnya yang dia tinggalkan selama kurang lebih 20 tahun ternyata masih bernasib sama tetap miskin, melarat dan tetap dianggap budak oleh para penjajah. Sejenak pikirannya melayang mengingat masa lalu ketika itu dia masih berumur tidak lebih dari 25 tahun, pada saat itu dia berjalan di depan memimpin barisan seratusan anak-anak berselendang merah dengan tulisan “Rasa Merdika” melalui jalan-jalan sempit lagipula kotor dikampung-kampung kotapraja Semarang. Seraya menyanyikan lagu “Internasionale”, tujuan rombongan itu jelas, yaitu daerah pemukiman pontjol dimana sedang berlangsung pemogokan buruh pabrik mebel Andriesse. Dengan sudut matanya yang awas dan jalang para reserse polisi colonial terus mengamati setiap derap langkah defile mereka, siang hari yang terik itu tidak menjadi halangan anak-anak itu untuk menuju Openbare Vergadering (rapat umum) kaum buruh Pontjol…..defile para moerid bertjelana merah, berbaris, ber saf-saf didepan chalajak dan menjanjikan lagoe Internasionale …pertama kali diantara rakyat Indonesia. Setelah semoeanya berlaloe dengan tjepat rapih dan teratoer oleh murid sendiri beberapa penonton yang menyambut dengan ari mata yang berlinang, takjoeb! Sedih? Gembira? Kedoeanya. Sedih, karena insyaf akan nasib anaknya dan diri sendiri, sekolah dan alat serba kekoerangan. Gembira karena para moerid ini  dididik boekan menjadi golongan perkakas pendjadjahan melainkan boeat mengangkat deradjat rakyat tertindas, terhisap dan terhina ialah golongan mereka sendiri….. 

Dia terkejut karena orang-orang sekelilingnya gaduh berbicara karena di depan sana sayup-sayup terlihat ada daratan yang itu adalah daratan pulau jawa….. 
 

Your browser may not support display of this image.

  •  

      Pemuda adalah saripati tanah air, terutama pemuda yang progresif adalah milik kita yang paling berharga dalam perang perlawanan (Mao Tse Tung, Sepuluh Tuntutan kepada Kuomintang) 
       

Jakarta 15 Agustus 1945 

Menteng 31 disana terdapat rumah besar yang menjadi markas para pemuda yang bergerak dibawah tanah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para pemuda disana di dominasi oleh pemikiran-pemikiran kiri atau anggota organisasi bawah tanah dari partai-partai terlarang karena berhaluan komunis (PARI-TAN MALAKA dan PKI-MUSSO). 

Pasca pemberontakan yang gagal (Premature Rebellion) tahun 1926-1927 Partai Komunis Indonesia hancur berkeping-keping sebanyak kurang lebih 13000 orang di tangkap, disembelih dan di hukum gantung para kader yang masih selamat tercerai berai tanpa adanya hubungan, pemimpin yang masih tersisa tercerai berai diluar negeri karena waktu itu kepemimpinan PKI sudah terpecah dua antara yang setuju dengan pemberontakan (Musso, Alimin, Sardjono Cs–Komunis Jawa) dengan yang tidak setuju (Tan Malaka, Djamaludin Tamim, Sugono, Subakat, Rustam Effendi Cs–Komunis Sumatra) – (Semaun & Darsono tidak bersikap) antara kedua pihak tetap mempertahankan pendapatnya dan sudah tidak dapat di damaikan lagi (ini akan terlihat ketika zaman revolusi nasional 1945-1949, bentrokan bersenjata antara dua kelompok itu tidak bisa di hindari walaupun keduanya menclaim mewakili golongan Marxis-Leninis di Indonesia dan mempunyai pendapat yang sama bahwa Republik Indonesia yang merdeka harus bersifat Sosialis dan dalam pertempuran melawan dunia Kapitalis keduanya sefaham harus berada dalam barisan Sovyet Rusia). 

 

Sebuah Commite Van-Actie dibentuk oleh para pemuda menteng 31 dengan susumam sebagai berikut: (Mahasiswa)  

Ketua Umum   : Sukarni (PARI-TAN MALAKA)

Wakil Ketua I : Chairul Saleh (PARI-TAN MALAKA)

Wakil Ketua II : Wikana (PKI-MUSSO)

Anggota:  Adam Malik (PARI-TAN MALAKA) 

           Pandu Kartawiguna (PARI-TAN MALAKA)

                 Maruto Nitimiharjo (PARI-TAN MALAKA)

                 Djohar Noer (PARI-TAN MALAKA)

                 Darwis (PARI-TAN MALAKA)

                 A.M Hanafi (PARI-TAN MALAKA)

                 Armunanto (PARI-TAN MALAKA) 

(Pelajar) 

D.N Aidit (PKI-MUSSO)

M.H Lukman (PKI-MUSSO)

Sjamsudin Tjan (PARI-TAN MALAKA)

Sidik Kertapati (PARI – TAN MALAKA), dll 

Pada tanggal 16 Agustus para pemuda tersebut menculik Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok atas alasan untuk diamankan disana para pemuda memaksa Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena pada saan itu jepang sudah kalah bertekuk lutut tanpa syarat karena di bom atom kota Hirosima (9 Agustus) dan Nagasaki (14 Agustus) oleh pesawat pembom B-52 dan pada tanggal 8 Agustus Sovyet Rusia mengumumkan perang melawan Jepang pada tanggal 10 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Tiongkok. 

Pada waktu itu Sukarno-Hatta masih percaya terhadap kemerdekaan yang akan diberikan oleh pemerintahan Dai Nippon yang dijanjikan ketika mereka menemui Marsekal Terauchi di Saigon (Vietnam) — Kaum Borjuis dalam situasi seperti ini tidak mampu melihat peluang yang ada karena mereka selalu mempunyai sifat ragu dan takut karena nanti dituduh boneka jepang (itulah sifat pengecut Sukarno-Hatta). Setelah berulang kali dipaksa barulah mereka berani memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Pada bulan November 1945 wakil presiden Moh.Hatta mengeluarkan Maklumat X yaitu sebuah maklumat yang mengizinkan agar bebagai aliran-aliran politik yang bermacam coraknya itu nasionalis, agama, sosialis, komunis untuk mendirikan partai-partai politik kenapa hatta yang didukung oleh perdana menteri pertama Indonsia yaitu Sutan Sjahrir mendukung dikeluarkannya maklumat X ini karena mereka menggangap bahwa ketika didalam alam demokrasi Indonesia yang merdeka ini tidak boleh mendirikan partai2 politik ini sama saja kembali ke zaman fasis Jepang. Keputusan ini sangat berbahaya karena akan mengakibatkan tumbuhnya partai-partai politik yang bermacam-macam corak aliran itu seperti tumbuhnya cendawan (jamur) di musim hujan dan pasti setiap aliran partai politik itu akan memperjuangkan kepentingannya masing-masing sesuai dengan fahamnya. Sebulan setelah dikeuarkan maklumat X itu mulai terlihat gejala yang tidak sehat karena partai-partai itu mempunyai kelompok bersenjatanya masing-masing dan apabila dikalangan partai politik itu dilanda konflik maka sayap bersenjatanya juga akan terlibat konflik ini jelas-jelas akan merugikan persatuan dalam kerangka menghadapi Imperialisme Belanda dan dikalangan pemimpin politik Indonesia (Sukarno, Hatta, Syahrir dan para pemimpin politik borjuis kecil yang lain) mulai berpikiran agar melakukan perjuangan melawan imperialisme Belanda hendaknya memakai jalan diplomasi saja agar perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak usah berdarah-darah seperti di Vietnam, Malaya, Philipina, Tiongkok, dan lain-lain. 

 

Ini suatu kesaksian Sujatmoko seorang pengikut setia Sjahrir dia menceritakan bagaimana sjahrir memberitahukan kepadanya mengenai sepucuk surat dari Ho Chi Minh yang diterima Hatta melalui perantaraan Harold Isaacs, seorang pengamat terkenal mengenai soal-soal Asia dan Amerika. Ho Chi Minh mengusulkan agar kedua revolusi – diIndonesia dan di Indocina — dipandang sebagai satu dan hendaknya diupayakan untuk mengkordinasikan keduanya sampai tingkat tertentu…..Sujatmoko yang semangatnya di bangkitkan oleh visi itu secara otomatis mengira bahwa Sjahrir akan memberi respon positif terhadap persepsi ho mengenai berbagai peristiwa, menjadi sangat terkejut ketika Sjahrir berkata bahwa ia tidak akan melakukan hal itu. Bagi Sujatmoko hal itu adalah sebuah penghianatan terhadap gelombang revolusi di Asia, Sjahrir lalu membela diri dengan mengatakan bahwa Indonesia akan memenangkan revolusinya sebelum Indocina memenangkan revolusi mereka. Perancis merupakan negara yang lebih besar dan lebih kuat disbanding Belanda dan sementara nasionalisme Indonesia di pimpin oleh kaum nasionalis, nasionalisme Indocina dipimpin kaum Komunis, oleh sebab itu musuh Indonesia di Internasional akan lebih sedikit, Indonesia pasti akan lebih cepat merdeka (Ini adalah pendapat Borjuis kecil yang picik dan pengecut yang memandang rendah semangat Internasionalisme Proletariat dan pernyataan dari sifat pengecut yang takut akan berkobarnya api revolusi dan pernyataan dari orang yang tidak percaya akan kemampuan rakyatnya sendiri dalam merebut kemedekaan karena mempercayai perjuangan diplomasi untuk merebut kemedekaan)   

 

Melihat situasi seperti ini atas bantuan para pemuda menteng 31 seorang pejuang tua Indonesia yang selama puluhan tahun dikejar, ditangkap dan dicari oleh Negara-negara imperialis inggris, Belanda, Perancis dan Amerika, seperti kawan-kawannya yang lain yang dianggap sebagai meneer Bolshevik seperti Ho Chi Minh — Vietnam, Mr Crisanto Evangalista – Philipina, Chin Peng – Malaya yang kepalanya kalau bisa dipotong dan dipajang di muka umum inilah hukumannya kalau menjadi pengikut Lenin atau Stalin (agen Bolshevik) muncul kembali secara legal dan memakai namanya yang semula yaitu Tan Malaka karena selama berpuluh-puluh tahun menggunakan berbagai nama samaran seperti: “Ilyas Hussein – Malaya, Tan Ho sheng – Singapura, Ellias Fuentess – Philipina dll. Pada tanggal 3 januari 1946 di Purwokerto diadakanlah konggres pertama Persatuan Perjuangan (PP) yaitu sebuah Volksfront (Front Persatuan) guna menyatukan berbagai macam partai dan laskar bersenjata yang berbagai macam aliran itu, konggres tersebut dilakukan dalam situasi yang sangat gegap gempita karena dimana-mana digaris depan para pemuda dan seluruh rakyat baik itu si Marhaen, Si Murba, Si Proletariat, Si Kromo bahu membahu tanpa ada sedikitpun rasa takut akan kematian karena mereka menginginkan kemerdekaan yang selama ini yang mereka rasakan di alam penjajahan adalah ketertindasan dan kemiskinan serta dianggap sebagai budak sehingga ketika kemerdekaan yang sudah di raih ini akan kembali dikangkangi oleh penjajah Belanda maka mereka tidak peduli walaupun harus mempertaruhkan jiwanya. 

 

Konggres tersebut berlangsung selama 3 hari dihari terakhir Jendral Sudirman memberikan pidato dukungannya atas konggres Persatuan Perjuangan (PP) disitu ada kata-kata Jendral Besar Sudirman yang sangat terkenal “LEBIH BAIK DI BOM ATOM DARIPADA TIDAK MERDEKA 100%” 

 

Konggres tersebut menghasilkan 7 pasal yang menjadi paduan untuk perjuangan seluruh rakyat Indonesia dalam berjuang (Minimum Program): 

  1. Berunding atas pengakuan kemerdekaan 100%, sesudah tentara asing meninggalkan pesisir dan lautan Indonesia.
  2. Pemerintahan Rakyat
  3. Laskar Rakyat
  4. Melucuti jepang
  5. menyelenggarakan tawaanan-tawanan Serikat
  6. Mensita kebon-kebon musuh dan mengusahakan pertanian (distribusi tanah)
  7. Mensita pabrik-pabrik musuh dan mengusahakan perindustrian

 

DIPLOMASI BAMBU RUNCING atau MERDEKA 100%

  

Ketika itu situasi politik mencekam karena ada 2 kepemimpinan satu ditangan pemerintahan Borjuis-Feodal (Sukarno-Hatta) dengan Perdana Menteri Sutan Sjahrir (Sosialis Kanan – Sosial Demokrat) dan Persatuan Perjuangan (Tan Malaka, Moh Yamin, Iwa Kusumasumantri, Sukarni, Chairul Saleh, Dr Buntaran Martoatmojo – PSII ,adik HOS Cakroaminoto, Wali Alfatah, Dr Sukiman dan SM Kartosuwirjo – Masjumi) dari golongan pemerintah dalam perjuangan melawan Belanda menggunakan strategi diplomasi sedangkan dari pihak Persatuan Perjuangan (PP) dalam melawan Belanda menggunakan strategi Perjuangan Bersenjata dan tetap menolak setiap usaha perjuangan diplomasi yang tidak didasarkan atas Kemerdekaan 100%, karena pertentangan ini kabinet sjahrir jatuh tetapi PP tidak dapat mengajukan calon alternative karena pada saat itu sukarno-Hatta tetap menginginkan perjuangan diplomasi, cabinet kedua sjahrir terbentuk,tetapi karena PP masih tetap keras dalam mempertahankan prinsipnya maka pemerintah mulai menggunakan kekerasan seluruh pimpinan PP di tangkap tanpa pernah diajukan ke pengadilan selama dua setengah tahun, maka sirnalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan jalan perjuangan bersenjata sebagai hal primer dan diplomasi sebagai hal yang sekunder.  

Pendapat Tan Malaka mengenai peristiwa ini: 

“Selama dua setengah bulan Persatua Perjuangan berdiri, maka persatuan yang berdasarkan perjuangan itu dikenalkan pada seluruh rakyat dari Sultan-sultan sampai ke kaum gembel. Anti Imperialist Front ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat mempertahankan republic 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil, siasat semacam itu dicocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi dimana-mana didunia. Pertarungan dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan Madiun terjadi ujian tadi sudah membawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ketingkat kedua. Kaum Borjuis tengah dan atas ialah sebagian kaum saudagar, Pamong Praja dan Intelektual sudah melempem dan berbalik muka. Mereka tidak tahan menjalankan ujian itu dan asyik memikirkan bagaimana menghentikan perjuangan ini dan kembali menduduki kursi di sudut-sudut kantor yang di Tuan-Besari oleh Belanda. Sikap melempem di tengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia saja. Memang itu sifatnya kaum tengah, ialah maju mundur, lebih banyak mundur daripada maju kalau terlampau berat lekas mundur dan memilih pihak yang kiranya akan menang, Borjuis tengah Indonesia, seperti saudagar tengah, Pamong Praja dan Intelektual memang tidak bisa konsekuen baik dalam revolusi nasional dan revolusi social. 

Sifat memilih dan membidik siapa yang kuat dan akan menang dalam pergaulan itu memangnya terbawa oleh susunan ekonomi dan social Indonesia. Kaum tengah Indonesia tidak mempunyai tempat bersandar baik dalam ekonomi maupun dalam politik. Saudagar tengah Indonesia tidak kenal dengan kaum IMPORTIR sendiri, PABRIKAN Indonesia sendiri ataupun BANKIR sendiri, mereka bersandar pada Importir asing, Pabrikan asing dan Bankir asing. Demikian pula Pamong Praja dan reservenya, ialah kaum kaum Intelektual bersandar pula dengan Imperialism asing. Tidak ada parlemen atau pemerintahan nasional yang bisa dijadikan tujuan dalam usaha mereka mencari pangkal. Imperialisme Belanda dalam penjajahan 350 tahun itu, jaya menghasilkan satu golongan Pamong Praja dan reservenya, golongan intelektual kantoran yang mempunyai semangat ingin memasuki kantor dibawah perintah Tuan Belanda, “semangat Inlander–budak”. Semangat Inlander iniamat tebal dan tidak gampang di ombang-ambingkan oleh semangat revolusioner. Kalau Tuan Belanda hilang seperti pada waktu penyerahan Belanda tanggal 8  maret 1942, maka “para inlander” merasa berbahagia mendapatkan “Tuan Baru” dan memmpelajari “jongkok baru”, ialah jongkok ala Nippon. Apabila rakyat memproklamirkan kemederdekaan tanggal 17 agustus 1945, maka “para inlander” dengan setengah percaya dan setengah tidak percaya memasuki kantor republic. Tetapi apabila “Tuan lama”datang, maka gelisah lagi. Sekarang dengan memuncaknya perjuangan, maka sudah banyak para inlander tadi yang mengenal kembali “his masters-voice” itu. Mereka kembali bersedia menerima tuan lama untuk keperluan tua lama itu kalau perlu menentang kemauan bangsa sendiri. 

Kini mereka para inlander menunggu saat bilama mereka dengan aman bisa melompat-lompat kembali sambil berteriak-teriak “Tuan Besar sudah kembali”, sifat kaum tengah memang selalu bingung selalu bolak-balik diatas Borjuis besar dan proletar nasional. Akhirnya di tengah-tengah kesukaran perjuangan mereka membelok kepada yang kiranya menang. Di Indonesia Kapital dan Borjuis yang kuat kukuh itu terdiri dari bangsa asing. Mungkin pada permulaan perjuangan para inlanders memihak pada rakyat murba tetapi kalau perjuangan itu sedikit lama dan tampaknya sukar, maka mereka akan mengabdi kepada Kapital dan Borjuis asing manapun juga. Dalam dua setengah bulan PP itu berdiri, aliran “para inlanders” terasa benar. Makin keras desakan sekutu Inggris-Belanda dengan “moderatnya”, makin keras pula semangat para inladers dalam Persatuan Perjuangan membatalkan MINIMUM PROGRAM yang memang revolusioner sama sekali atau mensabot membelokkan melemahkan artinya. Sesudah tangkapan madiun proses ini berlaku lebih cepat dan nyata lagi. Tetapi dengan melemahkan, membelokkan bahkan seandainya membatalkan sama sekali tidak berarti bahwa rakyat Indonesia dengan pemudanya akan bisa dibelokkan, dilemahkan ataupun dipatahkan semangatnya dalam membela kemerdekaan 100% dan menolak Kapitalisme asing. 

Mungkin nama Persatuan Perjuangan atau Minimum Program akan dijadikan barang “bisikan” bahkan mungkin bisa ditutup sama sekali tetapi selama rakyat dan pemudanya terus mempertempurkan kemerdekaan 100% dan menolak Kapitalis asing maka selama itulah pula Persatuan Perjuangan yang berarti Persatuan dari mereka yang Berjuang serta Minimum Programnya akan berlaku. 

Nama kumpulan atau program baru mungkin bisa menipu rakyat dan pemudanya sebagian atau seluruhnya untuk sementara waktu tetapi tidak untuk selama-lamanya. 

Semenjak tangkapan madiun dengan radio Hilversumnya nyatalah sudah bahwa Persatuan Perjuangan dan Minimum Program sudah meningkat ke periode (musim) kedua dalam perjuangan Anti Imperialis dan Revolusi Nasional ini. Dalam periode kedua ini kaum setengah kesana dan setengah ke sini, setengah revolusioner dan setengah kompromi itu mesti disingkirkan sama sekali. Karena mereka sudah nyata, dan memegang terus mereka itu berarti melemahkan barisan perjuangan. Persatuan Perjuangan bukanlah berarti kumpulan kaum revolusioner, atau kaum kompromis yang siap dengan 1001 perkataan untuk menyelimuti politik komprominya. Sesudah tangkapan madiun maka perjuangan revolusioner Indonesia mesti dikembalikan ketangan mereka yang tegas-tegas mengakui kemerdekaan 100% menolak segala macam perundingan yang tidak berdasarkan pengakuan 100% itu dan tegas, terang menolak kapitalisme asing dengan siasat mensita perusahaan musuh. Pembersihan mesti dilakukan.

Dan didalam masa pembersihan itu mesti dilakukan dengan cepat dan kalau perlu dengan deras tangkas kalau tidak maka kaum kompromi akan akan jaya melembekkan semangat perjuangan, membelokkan atau mematahkan perjuangan itu sama sekali dan mengembalikan Indonesia ke status Penjajahan atau tidak dengan nama “Republic”. 

Setengah kaum tengah bagian atas yang dipelopori oleh “ahli” politik dan “ahli” diplomasi serta para Pamong Praja dan kaum Intelektual sudah terjerumus atau sengaja menerjunkan dirinya ketengah-tengah barisa NICA. Kaum pembelok, yang sudah menjalankan rolnya dengan terbuka, setengah tertutup atau sama sekali bersembunyi itu mesti di isolir, dipisahkan atau sama sekali diberantas dari perjuangan revolusioner. Persatuan Perjuangan revolusioner mesti terdiri dari kaum dan golongan revolusioner saja. Dalam periode kedua ini, sesudah ujian selama dua setengah bulan ini, maka golongan yang tetap revolusioner ialah:  

    Pertama. Golongan Proletar Industri, yakni: Buruh pabrik, bengkel, tambang, pengangkutan, listrik, percetakan dll.  

    Kedua.      Proletar tani, ialah burh kebun bersama dengan kaum tani biasa, kaum tani menengah sampai ketani sederhana (kerja dan cukup untuk keluarga sendiri saja) terus kesetengah tani dan setengah buruh tani. 

    Ketiga.    Kaum Marhaen ialah pedagang kecil, warga kecil seperti juru tulis, guru, intelektual miskin dikota-kota. 

Semua ketiga golongan ini menghendaki sungguh lenyapnya Imperialisme asing dan berdirinya terus Republik Indonesia dan banyak sekali memberikan pengorbanan harta dan jiwa dalam semua garis pertempuran. Ketiga golongan yang masih revolusioner dalam periode kedua di masa Revolusi Nasional ini lebih kurang terikat oleh tiga aliran pula, yakni aliran keIslaman, Kebangsaan dan ke-Proletaran (Sosialisme, Komunisme dan Anarcho-Syndikalis). Ketiga aliran ini terus menerus mempengaruhi pergerakan anti Imperialis di Indonesia selama lebih 40 tahu belakangan ini. Dalam periode kedua inipun ketiga aliran itu tiadalah bisa diabaikan………………………….Untuk periode kedua ini cukuplah sudah Minimum Programnya Persatuan Perjuangan yang kalau dirasa perlu bisa ditambah disana dan disini, dengan tiada mengurangi semangatnya yang revolusioner. Setelah Kemerdekaan 100% tercapai maka akan berlakulah Maximum Program yang maksudnya menuju Indonesia yang berdasarkan SOSIALISME……………bersandarkan kekuatan diri dan mengingat keadaan di sekitar Indonesia. Pertama sekali amat tidak bijaksana mengumumkan Maximum Program pada musim Revolusi Nasional Demokrasi ini………..(THESIS, 1946)               

Setelah itu mulailah musim runtuh berjuang karena pada saat itu setiap ada gerakan rakyat yang menginginkan mengadakan perjuangan bersenjata dengan pihak belanda pasti akan dikejar-kejar oleh tentara atau laskar yang berpihak kepada pemerintah, sebagai contoh hasil keputusan perjanjian linggarjati maka wilayah kerawang-bekasi-cikampek harus dikosongkan pasukan Republik harus mundur, padahal selama kurang lebih dua setengah tahun para laskar dari Laskar Rakyat Djakarta Raya pimpinan Sukarni, Wikana, Armunanto, berhasil mempertahankan daerah itu dan selalu membuat kocar-kacir pasukan belanda dan diwaktu malam hari mereka selalu menyusup ke Jakarta untuk membuat sabotase terhadap wilayah Belanda karena para laskar gerilyaitu tidak mau patuh kepada perintah pengosongan maka mereka bertempur sendiri dengan pasukan TNI sehingga banyak yang gugur dan pertahanan gerilya pecah dan begitu juga di jawa barat pertahanan Laskar Rakyat Djawa Barat pimpinan Chaerul saleh dan Laskar Bambu Runtjing Sidik Kertapati yang bersama-sama front Hizbullah pimpinan SM Kartosuwiryo pertahanannya hancur bukan karena diserang Belanda tetapi di serang TNI dan Laskar yang pro pemerintah yang mendukung perjanjian Linggarjati, di Jawa Tengah terjadi peristiwa tiga daerah (Brebes, Tegal dan Pekalongan) rakyat dipimpin oleh kader PKI bawah tanah pimpinan Widarta melakukan revolusi social menggulingkan kekuasaan para birokrat mereka menganggap bahwa para birokrat itu adalah agen jepang dan belanda karena sikap mereka yang menindas rakyat di masa lalu tetapi gerakan ini lagi-lagi digagalkan dan seluruh pimpinannya di tangkap termasuk juga Widarta dan ketika itu kelompok Widarta juga menolak perjanjian Linggarjati oleh pimpinan PKI pada saat itu Widarta dianggap sudah menjadi bagian kelompok Tan Malaka lalu keputusan Partai diambil untuk mengeksekusi mati Widarta karena dianggap tidak taat dengan keputusan partai yang mendukung perjanjian Linggarjati (Kelompok PKI Widarta ini adalah kelompok yang paling konsisten dan gigih menetang Jepang sewaktu pimpinan PKI illegal Amir syarifudin cs ditangkap Jepang maka kepemimpinan diteruskan oleh kelompok Widarta ini — Sikap ini nantinya akan dikecam oleh Musso sekembalinya dia dari Moscow karena menurut Musso sikap yang diambil oleh Widarta adalah tepat, menurut Musso bahwa Partai Komunis tidak boleh membunuh kadernya tetapi sangsi maximal yang bisa dikenakan oleh setiap kader partai Komunis adalah di royerr/pecat dan mengecam pimpinan-pimpinan PKI yang pada saat itu mendukung perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville). Walaupun para pemimpin Persatuan Perjuangan (PP) berada di dalam penjara tetapi para pengikut Tan Malaka atau Partai politik yang terus memakai program Persatuan Perjuangan atau dipengaruhi oleh ide-ide Tan Malaka seperti Partai Rakyat, Partai Rakyat Djelata, Partai Buruh Merdeka, Barisan Banteng, ACOMA, Laskar rakyat Djawa Barat, Partai Wanita Rakyat (semua bergabung dalam Gerakan Rakyat Revolusioner – GRR) terus tetap mengkampanyekan program PP yang masih relevan dan menolak setiap usaha perjuangan diplomasi yang tidak berprinsip yang tidak berdasarkan atas Kemerdekaan 100% dan menolak segala macam bentuk perjanjian seperti Linggarjati dan Renville dan terus melakukan oposisi kepada pemerintah.  

Ketika awal-awal perang kemerdekaan kenapa Tan Malaka mendorong perjuangan kemerdekan Indonesia dengan menggunakan perjuangan bersenjata karena dia melihat modal yang dimiliki oleh kekuatan republic sangat besar ada Vacum of power (kekuasaan yang kosong karena Jepang kalah tetapi sekutu sebagai pemenang perang di pacific belum datang ke Indonesia dan dia melihat semangat para pemuda khususnya dan rakyat Indonesia umumnya semangat anti imperialismenya tinggi sampai-sampai rela menyerahkan jiwa dan raganya untuk membela tanah air, seharus peluang ini dilihat sebagai modal awal untuk mempertahankan republic (lihat yang dilakukan Ho Chi minh di Vietnam ketika terdengar Jepang sudah bertekuk lutut) ini yang harusnya dilakukan ketika itu belum apa-apa para pemimpin di republic ini Sukarno-Hatta-Sjahrir sudah ketakutan setengah mati melihat kedatangan sekutu ke Indonesia mereka harusnya melihat bagaimana semangat rakyat Surabaya yang tidak takut mati dibawah pimpinan Sumarsono (kader PKI-MUSSO) dan Haryo Ketjik (PARI-TAN MALAKA) walaupun dengan senjata yang serba kekurangan siang dan malam dibawah hujan bom dari pesawat inggris terus melakukan perlawanan sehingga membuat pasukan inggris yang tinggal 30.000 orang itu terdesak sudah di pinggir laut pihak angkatan laut inggris tidak dapat terus membomb daratan karena takut kalau terkena pasukannya sendiri ketika itu para pejuang sudah dalam tahap perang penumpasan terhadap pasukan inggris dan seketikan itu datang para pemimpin dari Jakarta seperti Sukarno-Hatta-Sjahrir dan dengan serta merta menghentikan pertempuran dan memerintahkan kepada semua rakyat untuk mundur kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pihak inggris untuk mendrop logistic dan mengganti pasukan yang sudah morat-marit dengan pasukan yang baru yang lebih segar dengan persenjataan yang lebih lengkap sehingga perlawanan rakyat di Surabaya dapat dipukul mundur dan rakyat mundur ke pedalaman. Sampai di sini kita melihat dimana antara kemauan Pimpinan dengan kemauan rakyat yang sudah terbakar api revolusioner berbeda pimpinan politik pada saat itu didominasi oleh kekuatan Borjuis kecil yang mereka di dalam hati kecilnya takut melihat semangat gegap gempita rakyat revolusioner, disini kita melihat kekerdilan jiwa para pemimpin itu. 

Februari 1948 Perdana menteri Amir Syarifuddin (anggota PKI bawah Tanah) menandatangani perjanjian Renville, dengan mendapat dukungan dari sayap kiri “FDR”, PNI dan Masyumi dan setelah menandatangani perjanjian itu sebulan setelah itu Masyumi menolak perjanjian itu dan mengadakan demonstrasi yang didukung oleh front Hizbullah, GPI dan semua ormas-ormasnya yang hanya beratus-ratus orang itu untuk menuntut Perdana menteri Amir Syarifudin untuk mundur lalu cabinet goyang dan PM Amir mengembalikan kekuasaannya pada presiden Sukarno. Lalu sukarno menunjuk PM baru yaitu Moh.Hatta yang didukung oleh masjumi dan bekas PM sjahrir yang sudah pecah koalisinya dengan Amir sjarifudin lalu Amir dengan FDRnya menuntut jabatan Menteri Pertahanan kembali kepada Moh. Hatta lalu oleh Hatta di tolak Amir dengan FDRnya melakukan oposisi terhadap pemerintah lalu pihak FDR menggerakkan pemogokan Delanggu mulai terjadi konflik di massa rakyat mulai terjadi bentrokan antara Pesindo dengan Front Hizbullah, Sabupri dengan STII 

September 1948 Musso kembali ke Indonesia setelah banyak berbicara dengan berbagai kelompok seperti bertemu dengan presiden Sukarno lalu di menemui para pemimpin PKI seperti Alimin, Amir sjarifudin, Sarjono, Setiadjit, Abdul Madjid setelah melihat jalan revolusi Indonesia selama tiga tahun ini setelah menilai jalan yang di tempuh oleh PKI selama ini lalu Musso mengusulkan supaya diadakan fusi tiga partai yang berazaskan Marxis-Leninis yaitu Partai Sosialis, PBI dan PKI semua dilebur menjadi PKI yang berazaskan Marxis-Leninis karena dengan adanya tiga partai yang berazaskan sama akan membingungkan golongan Proletariat di Indonesia kata Musso dan Musso juga mengkritik sikap PKI yang mendukung Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville dan harus membatalkan dan menolak perjanjian itu karena dengan adanya perjanjian itu sama saja dengan mendukung penjajahan di Indonesia. PKI Musso menolak perundingan dengan Belanda yang tidak di dasarkan atas hak yang sama. Kaum Komunis secara Prinsipiil tidak menolak perundingan akan tetapi harus didasarkan atas hak yang sungguh-sungguh sama. Dalam perundingan sekali-kali tidak boleh disinggung soal kedaulatan republic atas seluruh Indonesia (Musso — Djalan Baru). 

Musso dan Seluruh pimpinan PKI melakukan vergadering2 untuk mensosialisasikan program baru PKI yaitu Program Djalan Baru berkeliling didaerah-daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih menjadi wilayah kekuasaan republic. 

Tetapi konflik antara partai-partai politik sudah tidak bisa dihindari lagi  bermula dari peristiwa penembekan Kolonel Sutarto panglima divisi Panembahan Senopati yang menguasai daerah Surakarta yang bersimpati kepada FDR, terjadi tembak menembak antara Pesindo dengan laskar Front Hizbullah dan pasukan Siliwangi yang baru datang dari Jawa Barat karena harus mengosongkan daerah kantung gerilya akibat ditandatanganinya perjanjian Ranville,  mulai terjadi beberapa peristiwa penculikan dari berbagai kelompok seperti di culiknya Dr Muwardi ketua Barisan Banteng dan Sekjend GRR organisasi yang bersimpati kepada Tan Malaka lalu kelompok ini menuduh bahwa ini dilakukan oleh anak2 Pesindo lalu anggota Barisan Banteng yang waktu itu laskar terkuat didaerah Surakarta dengan kekuatan bersenjatanya kurang lebih 12.000 orang mengamuk dan mengacak-acak markas Pesindo dan PKI di Surakarta lalu bentrokan besar akhirnya tidak dapat dihindari antara Pesindo dan divisi Panembahan Senopati dan Front Hizbullah, TNI dari divisi Siliwangi dan Barisan Banteng, pertahanan Pesindo dan Panembahan Senopati hancur sisa-sisa pasukannya lari menuju Madiun, komandan Pesindo pada waktu itu Soemarsono mendengar peristiwa di Surakarta itu lalu dia berinisiatif melucuti semua pasukan-pasukan gelap, Polisi dan CPM dan Sumarsono mulai teriak-teriak orasi di radio bahwa telah terjadi tembak menembak di Madiun pasukan dari Surakarta telah sampai di madiun ,ketika itu Musso, Amir cs mendengar peristiwa itu lalu langsung menuju Madiun ketika Musso sampai di Madiun sudah terjadi tembak menembak kurang lebih 2 jam. 

20 september 1948 sukarno berpidato di radio menyatakan bahwa PKI-Musso telah berontak dan rakyat disuruh memilih ikut Sukarno-Hatta atau Musso dengan PKI. Tidak lama kemudia Musso juga berpidato di radio menuduh bahwa Sukarno-Hatta adalah pemerintah Borjuis-Feodal dan kolaborator boneka buatan Jepang yang telah menjual rakyat Indonesia menjadi Romusha budak Jepang. 

Bemtrokan besar sudah tidak bisa dihindari sebetulnya dari komposisi pasukan golongan FDR di Madiun memiliki pasukan lebih besar dari tentaranya Sukarno-Hatta tetapi mungkin karena penguasaan territorial yang kurang dan persiapannya basisnya kurang matang maka pasukan FDR kocar-kacir digulung pasukan Sukarno-Hatta sebagaian besar tertangkap, mati dan ada yang berusaha terus lari kearah djawa timur masuk kedaerah pendudukan Belanda, Musso sendiri tewas dan para pemimpin lainnya tertangkap seperti Amir syarifudin, Maruto Darusman, Supeno, dll. 

Bung Karno pernah berjanji kepada Jendral Sudirman bahwa apabila belanda mengadakan agressi militer kembali untuk menguasai republic maka dia dan semua pemimpin akan masuk kehutan ke pedalaman republic untuk memimpin perang gerilya melawan belanda sampai titik darah penghabisan tetapi apa yang terjadi pada tanggal 19 december 1948 belanda mengadakan aggressi militer yang kedua kali ibu kota jogyakarta di serang para pemimpin partai-partai politik di tangkap pada saat-saat terakhir Jendral sudirman menemui sukarno di kediamannya untuk membawa sukarno masuk ke hutan bersama-sama pasukannya untuk mengadakan perang perlawanan gerilya namun ketika itu apa jawaban sukarno: “Saya dan semua pemimpin partai politik dan pemerintahan akan menyerahkan diri tentara dan para laskar terus saja melakukan perang perlawanan kami akan melakukan perjuangan diplomasi” disitu jendral sudirman diam tertegun karena dia merasa dibohongi akan janjinya sukarno dahulu, lalu dia beserta pasukannya menyingkir keluar kota Jogya untuk melakukan perang perlawanan. (Watak opportunis Borjuasi disini terlihat tidak menepati janjinya yang akan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para pasukan gerilya dalam mempertahankan kemerdekaan tidak sanggup hidup kelaparan di dalam hutan, tidur beralaskan tanah dan ini nanti akan terbukti ketika zaman merdeka/demokrasi terpimpin bahwa sukarno hanya revolusioner di mulut tetapi nol di dalam tindakan ketika menghadapi bawahannya suharto yang membangkang pasca peristiwa 1 oktober 1965 sukarno terlihat gamang serba ragu dan ketika itu pada bulan januari 1966 Ruslan abdul gani mengajak bung karno untuk mundur ke jawa timur karena disana aman karena masih banyak pengikutnya yang setia terutama angkatan laut karena Ruslan melihat bahwa suharto dan angkatan darat sudah kurang ajar tetapi apa yang dikatakan oleh Sukarno: “Saya tidak ingin melihat bangsa Indonesia terpecah belah imperialisme Amerika sudah terpojok di Indocina ketika melihat ada peluang untuk mengintervensi Indonesia pasti itu akan dilakukannya bangsa ini pasti akan hancur, biarlah saya saja yang menjadi korban” lihat omongan seorang yang sudah menyerah padahal belum bertempur tapi lihat apa akibatnya, jutaan orang mati rakyat Indonesia sengsara sampai sekarang di bawah tindasan system kapitalisme, itu katanya pemimpin besar revolusi penyambung lidah rakyat tetapi ketika situasi revolusioner memuncak malah pemimpin-pemimpin besar layaknya Tan Malaka dan Musso dikhianati lalu dihabisi). 

Sekeluarnya Tan Malaka dan kawan-kawan dari penjara dia sempat ditanyai pendapatnya soal kejadian Madiun jawabnya adalah, soal Musso adalah soal Sukarno dan Hatta kalau kami diminta bantuan maka kami akan menolaknya tetapi tugas mendesak yang harus kami lakukan adalah menyusun sisa sisa kekuatan yang kami miliki baik itu senjata, tentara, laskar semua apapun yang dapat dipakai untuk menghadapi serangan imperialis belanda dan jika itu yang diminta kami akan kerahkan apa saja yang kami miliki sambil terus berusaha mengumpulkan semua kelompok yang masih mau berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang 100%. Pada tanggal 7 November 1948 Tan Malaka masih sempat mendorong pendirian partai yang merupakan fusi dari berbagai partai dan laskar yaitu Partai Murba (beliau masih terinspirasi dengan kemenangan revolusi Rusia tanggal 7 November 1917) lalu meneruskan kembali perjuangan masuk kedaerah gerilya bersama para laskar untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Awal februari 1949 di daerah kediri dia masih melakukan berbagai propaganda baik diantara para laskar gerilya maupun di radio yang terkenal dengan siaran Murba terpendam, siaran terakhirnya kurang lebih isinya sebagai berikut:  

“Dimana Sukarno-Hatta? Tinggal di rumah yang indah, dengan makanannya yang mewah. Sambil menerima tamu dari Belanda, ketika kami gerilyawan menderita kelaparan di gunung-gunung. Sukarno dan Hatta semakin jauh. Mereka tidak akan pernah kembali lagi………lihat situasi di sekitar kita dengan bantuan politik kompromi Hatta, Belanda menyerang kita. Lihat persenjataan yang digunakan oleh Belanda. Belanda Negara miskin. Dari mana mereka mendapatkan senjata semacam itu? Itu semua dari Amerika. Panser-panser, pesawat-pesawat, jep-jep semua buatan Amerika…… 

Atas perintah Jendral Gatot Subroto panglima komando jawa memerintahkan untuk melucuti semua satuan laskar yang menentang pemerintah Borjuis-Feodal Sukarno-Hatta, semua satuan gerilya yang mendukung Tan Malaka dilucuti dan dia sendiri ditangkap dan dibunuh oleh TNI akhir bulan februari 1949 pada waktu semua pejuang gerilya baik itu dari gerilyawan Murba, Hizbullah, PSII, FDR semua bahu-membahu mempertahankan Republik Indonesia Merdeka dari serangan Imperialis Belanda. 

SANG GERILYA 

Ditengah-tengah Masyarakat Rakyat Murba

Ikut serta bekerja di sawah, kebon, pabrik dan tambang

Diwaktu tiada berlatih atau berjuang !

Berlaku sebagai guru kepada murid

Dan sebagai juru rawat kepada yang sakit

…………………………………………..

Tetapi sekonyong-konyong laksana Kilat-Halilintar

…………………………………………..

Mengejar halaukan musuh yang tersebar kesasar!

…………………………………………..

Langit atap-rumahnya, rumput kasurnya

mortir, mitraliyur karabin bantalnya

Atau dengan granat dan bamboo runtjing

Dalam panas dan hudjan dia berbaring…………….

………………………………………….

Semua musuh hantjur atau terpelanting !!!

Kembali dia ketengah Masyarakat Rakjat Murba

Sebagai Sang Gerilya !

Putera dan puteri, Tua dan Muda

Sampai Indonesia Merdeka ! 

(Apakah Putra dan Putri Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya dari Penjajahan Kaum Modal Belanda itu bukan seorang nasionalis, yang rela sampai-sampai mempertaruhkan segala harta dan jiwa raganya…???)